Menambah Pinter Desa Pinter
For mobile broadband to be a mass-market service worldwide and
powerful engine of economic growth, the mobile industry needs
both a stable regulatory climate and access to the right spectrum
on the right terms, Rob Conway, CEO and Member of the Board of the GSMA.
Telepon sampai juga ke desa-desa di pelosok negeri ini. Kehadiran infrastruktur telekomunikasi dan informatika berpotensi mengakselerasi terjadinya perubahan sosial, ekonomi atau budaya masyarakat setempat, bilamana akses dimaksud dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya. Maksudnya akses telekomunikasi dan informatika yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan komunal, dimanfaatkan secara bersama-sama untuk kebutuhan bersama pula. Apabila akses telekomunikasi dan informatika hanya dimanfaatkan sekelompok kecil orang–misalnya elite desa–, sulit diharapkan ia mampu mendorong terjadinya serangkaian perubahan di pedesaan. Karena itulah, pasca deployment infrastruktur telekomunikasi dan informatika di desa-desa USO, diperlukan suatu pemantauan atau evaluasi terhadap pemanfaatan layanan dimaksud. Tidak tertutup kemungkinan ada semacam resistensi terhadap fasilitas telekomunikasi dan informatika di kalangan elite desa, karena fasilitas dimaksud akan membuka isolasi desa dari dunia luar dan hal itu dianggap merugikan kepentingan elite desa. Di sisi lain, masyarakat boleh
jadi enggan memanfaatkan layanan karena tidak mengetahui
bagaimana memanfaatkan layanan yang tersedia. Oleh karenanya
edukasi kepada masyarakat mengenai bagaimana memanfaatkan
telepon atau internet dan manfaat apa yang bisa
didapatkan dengan memanfaatkan layanan ini juga diperlukan.
Karena itulah, indikator keberhasilan program USO bukan semata-
mata dari aspek ketersediaan dan keterjangkuan. Keberhasilan
program USO juga akan ditentukan apakah fasilitas yang
tersedia dimanfaatkan oleh masyarakat setempat. Program USO
menjadi tidak ada artinya, apabila fasilitas yang tersedia tidak
dimanfaatkan. Oleh karena itu, perlu pula dikembangkan suatu
strategi agar infrastruktur telekomunikasi dan informatika yang
ada di pedesaan bisa dimanfaatkan secara optimal. Diantara
desa-desa USO terdapat desa yang telah memiliki akses internet
(desa Pinter). Pada desa Pinter tentu saja membutuhkan treatment
yang berbeda. Mengingat belum semua masyarakat
pedesaan telah mengenal dan melek internet. Karenanya pada
desa Pinter, selain edukasi pemanfaatan telekomunikasi diperlukan
pula edukasi mengenai penggunaan internet. Edukasi
yang benar mengenai pengoperasian dan pemanfaatan internet,
akan memberikan suatu benefit bagi masyarakat pengguna
internet untuk mendukung aktivitas keseharian mereka
Suatu model pemberdayaan masyarakat pedesaan melalui
ICT yang dikembangkan Microsoft Indonesia di beberapa
daerah di Jawa Timur bisa diadopsi untuk pengembangan desa
Pinter. Bekerjasama dengan Yayasan Garis Tepi, Microsoft Indonesia
mengembangkan Community Base Technology Center
(CTC) di Bojonegoro. Melalui CTC masyarakat dikenalkan
de ngan ICT, melalui pelatihan penggunaan komputer–ter masuk
pe rawatan dan pemeliharaan–, akses internet serta edukasi
mengenai manfaat internet. Dari CTC ini lahir kalangan petani
Dalam konteks perluasan pemanfaatan telematika sekaligus
meningkatkan persebaran informasi, salah satu strategi yang
dikembangkan pemerintah adalah pengembangan warung
masyarakat informasi (Warmasif). Warmasif adalah satu model
pengembangan community acces point (CAP), berupa sebuah
outlet dimana masyarakat bisa memanfaatkan outlet dimaksud
untuk komunikasi, akses internet, pemasaran melalui internet,
transaksi online dan akses perpustakaan digital. Warmasif ditempatkan
di unit bisnis PT Pos Indonesia yang berada di ibukota
provinsi, kabupaten atau kota dan dikelola oleh PT Pos Indonesia.
Hingga semester pertama tahun 2008 telah berdiri 53 Warmasif
di seluruh Indonesia. Dalam perkembangannya kemudian
dikembangkan Warmasif Mobile atau warmasif bergerak. Warmasif
memiliki tujuan antara lain 29
Memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pencarian
dan penyebaran informasi.
Mengurangi kesenjangan akses masyarakat terhadap
layanan informasi.
Memberikan kemudahan bagi masyarakat dan usaha kecil
menengah (UKM) dalam pengembangan usaha bidang pertanian,
kelautan dan industri kecil serta mempercepat upaya
perdagangan komoditi unggulan melalui perdagangan elektronik
(eCommerce) atau eUKM.
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan masyarakat melalui Perpustakaan Digital.
Memberikan layanan informasi kesehatan secara online.
Meningkatkan pemanfaatan sumber daya yang dimiliki dalam
rangka mewujudkan masyarakat informasi Indonesia..
Untuk pengembangan Warmasif ini Depkominfo menjalin kerjasama
dengan PT Pos Indonesia dan Pemerintah Daerah.
Untuk mendukung layanan dikembangkan satu portal, http://www.marmasif.
co.id. Melalui portal ini disediakan berbagai informasi mengenai
kesehatan dan usaha kecil dan menengah, serta akses
perpustakaan digital (eLibrary). Untuk layanan usaha kecil dan
menengah tersedia informasi dan promosi mengenai produk
usaha kecil menengah serta layanan belanja online. Pada perpustakaan
digital terdapat koleksi pustaka yang bisa didownload
secara gratis. Selain buku pelajaran terdapat berbagai pustaka
lain yang juga bisa didownload secara gratis. Warmasif juga
menyediakan konten video ilmu pengetahuan terapan produk
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Untuk bidang kesehatan,
terdapat berbagai informasi mengenai kesehatan,
meliputi pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, informasi
penyakit dan informasi pelayanan kesehatan.
Selain warmasif tetap, dalam upaya memperluas jangkauan
layanan pemanfaatan telematika, serta memberikan kesempatan
pemerataan pembelajaran e-literasi bagi warga yang belum terjangkau
layanan Warmasif tetap dikembangkan Warmasif bergerak.
Warmasif bergerak menggunakan satu unit mobil yang
dilengkapi dengan sejumlah perlengkapan standar warmasif
seperti genset, server, komputer, akses telepon dan internet,
printer dan sebagainya. Warmasif bergerak juga berfungsi sebagai
warung telekomunikasi dan warung internet keliling. Untuk
warung telekomunikasi tersedia dua line telepon, sedangkan
warung internet tersedia enam komputer. Warmasif bergerak
juga menyediakan layanan seperti warmasif tetap. Untuk layanan
Warmasif bergerak digunakan akses CDMA. Pada Warmasif
bergerak sasaran pemberdayaan telematika ditujukan terutama
bagi kelompok pemuda, remaja dan kaum perempuan, baik di
sekolah maupun luar sekolah, terutama kelompok warga yang
tidak memiliki akses dan sumber pembelajaran sendiri.
Bilamana di lingkungan perkotaan dikembangkan Warmasif,
di pedesaan dikembangkan desa Pinter atau desa punya internet.
Berdasarkan Peraturan Dirjen Postel No. 247/DIRJEN/2008
Tentang Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Beban
Kontribusi Pelayanan Universal Telekomunikasi, ditetapkan sebanyak
100 desa punya internet ( desa Pinter) pada desa yang
masuk dalam wilayah pelayanan universal telekomunikasi (desa
USO). Desa Pinter tersebar di 33 provinsi, masing-masing
provinsi akan memiliki tiga desa Pinter. Selain akses internet,
pada desa Pinter juga tersedia berbagai perangkat pendukung
yang memadai, seperti komputer, server dan akses internet. Selain
desa Pinter, secara teknis sebenarnya seluruh desa USO
telah internet ready. Teknologi yang dikembangkan untuk program
USO berbasis GPRS/EDGE, dengan demikian ia bisa dimanfaatkan
untuk akses internet berkecepatan rendah atau
sedang. Oleh karena itu di desa USO bisa dikembangkan Warmasif.
Pada dasarnya Warmasif maupun Desa Pinter memiliki tujuan
sama. Oleh karena itu mengintegrasikan desa Pinter ke
dalam Warmasif, akan makin memperluas program pemberdayaan
telematika di Indonesia.
Dengan memperhatikan kebutuhan masyarakat pedesaan,
diperlukan konten yang lebih spesifik dan customized. Di sisi lain
perlu diperhatikan kemampuan masyarakat pedesaan dalam
memahami dan menguasai konten di maksud. Perlu kiranya disadari
bahwa pemahaman dan penguasaan masyarakat pe de –
saan terhadap satu topik yang dibahas atau diulas, berbeda
dengan masyarakat perkotaan. Konten yang dikembangkan di
Warmasif, secara substansial adalah konten yang dirancang
untuk masyarakat di perkotaan dan cenderung mencerminkan
kebutuhan-kebutuhan masyarakat di perkotaan. Atau ma sya –
rakat dengan latar belakang pendidikan menengah atas serta
sosial ekonomi menengah atas. Oleh karena itu, bilamana desa
Pinter diintegrasikan dengan Warmasif diperlukan pendamping
untuk menjembatani adanya kesenjangan pemahaman atau
penguasaan materi. Model kelompok tani bisa dikembangkan
untuk menjembatani kesenjangan pemahaman dan penguasaan
materi di desa Pinter. Dalam hal ini bisa dikembangkan kelompok-
kelompok masyarakat berdasarkan kesamaan profesi. Ma –
sing-masing kelompok memiliki satu atau dua pendamping.
Pendamping inilah yang selanjutnya membimbing kelompok
melakukan pencarian informasi, membahas informasi yang
diperoleh, termasuk melakukan transaksi secara elektronik. Pendekatan
kedua yang bisa dikembangkan adalah mengembangkan
portal khusus untuk masyarakat pedesaan, dengan
konten yang disesuaikan dengan kemampuan dan pemahaman
masyarakat pedesaan.
Pada dasarnya, ada banyak pendekatan yang bisa dikembangkan
di desa Pinter. Namun dalam konteks pemberdayaan
masyarakat setempat melalui ICT, yang paling urgen adalah
sumber daya yang akan menjadi pendamping masyarakat, agar
mereka memahami, mampu mengoperasikan dan memanfaatkan
akses internet dengan baik dan benar. Pendamping
yang dimaksud disini tentu memiliki kemampuan dasar ICT, serta
memahami karakteristik masyarakat pedesaan setempat. Ada
banyak figure yang bisa dilibatkan sebagai pendamping
masyarakat pedesaan untuk memanfaatkan akses interndet de –
ngan baik dan benar. Para guru, penyuluh pertanian, bidan, juru
penerang adalah figur-figur yang memiliki kemampuan memadai
sebagai pendamping. Mereka umumnya memiliki latar belakang
memadai dan telah mengenal karakteristik masyarakat
pedesaan dengan baik. Yang diperlukan kemudian adalah membekali
mereka dengan pelatihan-pelatihan khusus mengenai ICT.
Relawan sosial dan kalangan lembaga swadaya masyarakat
juga bisa dilibatkan sebagai pendamping masyarakat.
Bila di desa Pinter terdapat akses internet sebagai media pembelajaran sekaligus media komunikasi dan interaksi dengandunia luar, lantas bagaimana dengan desa yang belum memilikiakses internet. Sebagai pemenang tender, Telkomsel rupanya telah mengantisipasi kebutuhan dimaksud. Untuk mensolusi kebutuhannformasi dan diseminasi pesan, tengah dikembangkan satu program yang diberi nama Pusat Layanan Terpadu Informasi (Pusyantif). Ia dirancang sebagai mediator untuk memenuhi kebutuhan informasi, interaksi serta diseminasi pesan. Pusyantif sekaligus akan menjadi kanal yang akan menampung seluruh
informasi yang datang dari seluruh desa USO. Seluruh kegiatan
Pusyantif berbasis pesan singkat (SMS). Penggunaan SMS
di pilih dengan mempertimbangkan aspek biaya, kemampuan
masyarakat memanfaatkan teknologi, perangkat yang tersedia
serta keamanan dalam proses menerima dan mengirim pesan
dimaksud.
Pada Pusyantif akan dikembangkan satu aplikasi yang
memungkinkan operator warung telekomunikasi menyampaikan
dan menerima informasi ke portal Pusyantif — berupa pesan
singkat–, dengan menggunakan fixed wireless telephony di
warung seluler. Informasi dimaksud meliputi potensi yang ada
di desa bersangkutan, dinamika bisnis di pedesaan, up date kebutuhan
sarana produksi pertanian, produksi pertanian, serta
hal-hal lain yang relevan, misalnya bidang pendidikan, kesehatan
dan sebagainya. Mempertimbangkan aspek keamanan
dalam proses ini, hanya operator warung seluler–atau orang
yang ditunjuk–, yang memiliki otorisasi mengirim dan menerima
pesan dari Pusyantif. Melalui Pusyantif akan dihimpun seluruh
data yang relevan di masing-masing masing desa. Data ini kemudian
diolah di Pusyantif sesuai dengan kategorinya. Data-data
inilah yang selanjutnya akan di share ke pihak terkait yang membutuhkan, termasuk kalangan bisnis yang berlangganan ke
layanan ini. Misalnya data mengenai potensi yang ada di satu
desa. Data yang ada di Pusyantif kemudian di share ke pihak
terkait, melalui mekanisme ini diharapkan potensi yang ada di desa itu bisa dimanfaatkan secara optimal.
Di sisi lain, Pusyantif juga akan memasok data ke desa USO
sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, data mengenai informasi
cuaca, harga bibit padi, harga pupuk dan sebagainya. Diseminasi
informasi akan disampaikan ke fixed wireless telephony
yang ada di desa USO. Sesuai dengan mekanisme yang dikembangkan,
tentu saja hanya pihak yang memiliki otorisasi untuk
menerima pesan yang akan membuka pesan tersebut dan
meneruskan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dengan
pendekatan ini distorsi pesan bisa dieliminir dan pesan yang
dikirim atau diterima bisa dipertanggungjawabkan. Model di se –
minasi informasi yang dikembangkan Pusyantif akan memberikan
banyak manfaat bagi banyak pihak. Melalui pendekatan
ini, potensi suatu desa yang belum diketahui publik—termasuk
kalangan bisnis, bisa diketahui. Di sisi lain, kebutuhan mendesak
desa bersangkutan bisa diketahui sejak dini, sehingga bisa
cepat pula dicarikan solusinya.
Sepintas, Pusyantif merupakan solusi komunikasi sederhana
untuk pedesaan. Namun apabila layanan ini bisa dimanfaatkan
optimal, Pusyantif akan mentrigger hadirnya pusat data nasional
yang akurat dan up date. Data mengenai panen padi, misalnya.
Data dari sekitar 24 ribu desa yang masuk ke Pusyantif bisa
memberikan gambaran riil, berapa produksi gabah kering giling
saat musim panen. Data dimaksud juga bisa memberikan
semacam panduan pihak terkait seperti Departemen Pertanian,
Dinas Pertanian atau Badan Urusan Logistik dalam melakukan
action. Apakah Bulog harus melakukan pembelian gabah petani,
agar harga jual gabah stabil, atau membiarkan petani menjual
gabah mereka sesuai mekanisme pasar. Manajemen yang tepat
dalam pengelolaan informasi di Pusyantif, akan memberikan
banyak kontribusi bagi bangsa ini dalam merumuskan suatu
strategi dan kebijakan yang tepat dan bermanfaat. Bukan rahasia
umum lagi banyak kebijakan yang dirumuskan tanpa didukung dengan data kuantitatif yang valid, sehingga kebijakan
yang diterapkan banyak yang tidak tepat sasaran dan tidak
memberi manfaat optimal kepada sasaran.
Dalam konteks pemenuhan kebutuhan informasi di
pedesaan, Pusyantif akan menjadi semacam lokomotif . Melalui
lembaga ini berbagai kebutuhan informasi masyarakat pedesaan
akan dicarikan solusinya untuk bisa dipenuhi. Dengan demikian
akan terjadi semacam pelancaran arus informasi di pedesaan,
karena Pusyantif mampu menembus berbagai barrier dalam diseminasi
informasi ke pedesaan. Barrier itu timbul karena kondisi
dan situasi pedesaan, serta berbagai keterbatasan
prasarana dan sarana pelayanan publik di pedesaan. Selain sebagai
pemasok informasi di pedesaan, Pusyantif juga akan
memiliki peran penting sebagai pemasok informasi dari
pedesaan untuk didistribusikan ke pihak-pihak terkait. Dengan
demikian, kendala yang dihadapi di desa, potensi yang dimiliki
serta kebutuhan-kebutuhan yang ada di pedesaan yang selama
ini berada dibawah permukaan akan muncul kepermukaan de –
ngan sendirinya. Pusyantif pada gilirannya adalah sebu ah program
strategis. Sebagaimana Telkomsel Merah Putih, Pusyantif
adalah ide brilian anak bangsa. Sejauh yang bisa diamati belum
ada model komunikasi dan informasi pedesaan dua arah sebagaimana
dikembangkan Pusyantif. Umumnya model komunikasi
dan informasi pedesaan cenderung bersifat satu arah, hanya
melakukan diseminasi pesan sesuai kebutuhan masyarakat.
Pada Pusyantif selain dikembangkan model top down yakni
menyampaikan informasi kepada masyarakat, juga dikembangkan
model bottom up yakni menghimpun informasi yang
ada di pedesaan. Inisiatif Telkomsel mengembangkan Pusyantif
telah memberi warna baru dalam program USO. Ia sekaligus
memperkuat komitmen Telkomsel membangun negeri ini melalui
telekomunikasi. Tidak hanya menyediakan akses, dengan desain
teknologi yang dikembangkan sendiri, Telkomsel juga
menyediakan konten dan media komunikasi. Satu aspek yang
seringkali luput dari perhatian kita. Terlepas dari siapa yang memiliki inisiatif mengembangkan Pusyantif, sudah selayaknya
apabila kalangan pemerintahan mengaperasiasi insiatif ini, pa ling
tidak memberi dukungan penuh agar Pusyantif bisa berkembang
sedemikian rupa. Akan lebih baik apabila elemen-elemen
pemerintah bergabung dalam program ini, agar percepatan pembangunan di pedesaan segera bisa diwujudkan. Seperti kata
pepatah, satu batang lidi mudah dipatahkan, namun satu ikat
sapu lidi tidak bisa dipatahkan. Semakin banyak elemen
bergabung dalam program Pusyantif, akan semakin kokoh program ini dan semakin banyak manfaat yang bisa dirasakan.